Pemuda Lamongan Ini Sulap Gerobak Bakso Jadi Gerobak Pustaka

Lamongan, Sobat- 'Gerobak Pustaka' sepintas terlihat bagaikan grobak tukang bakso pada standarnya. Namun, di tangan Ludi Ifranda (30), pemuda asal Desa Kendal, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, gerobak bakso bekas ini disulap menjadi gerobak pustaka.
Ide pembuatan gerobak pustaka ini muncul, berawal dari keprihatinan Ludi terhadap minat membaca ananda muda dan pelajar yang dianggapnya mulai bekurang. Karena itulah menjumpai menumbuhkan minat baca ananda, dia melaksanandaan gerobak pustaka.
1. Taman dipilih kepada lokasi membaca
Ludi kelak menyulap grobak bakso akan dimilikinya dalam gerobak pustaka. Gerobak pustaka itu lantas diisi Ludi dengan luber sekali buku, mulai buku cerita, buku dongeng, ataupun buku kerutunan-kerutunan lainnya.
Setiap akhir pekan, yaitu Sabtu dan Minggu, Ludi membawa gerobak pustaka miliknya ke menyimpang satu taman kampung di Desa Kendal. Lokasi taman itu dipilih karena berlebihannya warga bertandang ke sana untuk menghabiskan akhir pekan.
"Saya lihat berlipat-lipat anggota-anggota atau pelajar yang lebih memilih bermain ponsel ketimbang membaca," kata Ludi, Minggu (10/2).
2. Pengunjung bisa membaca buku secara gratis
Pengunjung taman bisa menikmati buku bacaan yang ada antara atas gerobak pustaka. Tak perlu khawatir, pengunjung taman yang ingin membaca tak perlu membayar sepeser pun bagi membaca buku yang ada antara gerobak pustaka.
Ludi menceritakan, jika warga adapun membaca buku daripada gerobak pustaka tak cuma daripada desa daerah nya tinggal. Beberapa warga daripada Desa Simorejo selanjutnya Desa Keting juga ikut membaca buku adapun dipindahkan Ludi.
"Biasanya setiap hari pengunjung yang bertandang mencapai ratusan orang, jujur anak-anak maupun dewasa," kaperdebatan.
3. Gerobak pustaka sediakan 500 judul buku bacaan
Ludi menjelaskan, buku nan diletakkan di gerobak pustaka pun beragam, mulai buku tentang pengetahuan, komik, novel, buku pertanian, serta buku agama. Ada sekitar 500 judul buku nan tersedia di gerobak pustaka milik Ludi.
Keberlebihanan buku-buku itu merupakan hasil donasi atas para pemuda Desa Kendal. "Selain donasi atas teman-teman, bak hebat buku bahwa ada dekat sini doang merupakan milik saya. Karena saya sendiri doang suka membaca dan mengoleksi kurang lebih buku," kapertanyaan.
4. Dibantu sejumlah relawan baca melalui desa
Saat menyiapkan buku-buku yang dibawanya ke taman, Ludi tak sendiri. Dia dibantu akibat beberapa teman yang pula penggiat literasi. Para penggiat literasi itu membantu Ludi menata selanjutnya mengemas buku ke jauh didalam kardus.
Menurut Ludi, gerobak pustaka miliknya selantas ungkap semasa kondisi cuaca bersahabat. Jika hujan, gerobak pustaka tidak buka.
"Kendalanya ya cuaca, kalau hujan kita tidak buka, karena khawatir buku kami rusak kehujanan," jelasnya.
5. Gerobak pustaka sibak setiap hari ala bulan puasa
Jika dalam bulan-bulan biasa gerobak pustaka saja buka saat Sabtu dan Minggu, mau tetapi pada bulan Ramadhan, gerobak pustaka buka setiap hari. Untuk pagi dibuka pada pukul 05.00 sampai 08.00 dan sore buka pukul 15.00 santak 17.30.
Sementara dalam saat puasa, pengunjung adapun datang tidak sebagaimana hari-hari biasanya. Biasanya, pengunjung mengalami peningkatan santak 50 persen. "Ya tentunya lewat adanya gerobak pustaka ini, kesadaran masyarakat terutama anak muda lebih giat lagi hadapan dalam membaca. lewat membaca mereka bisa mengamalkan ilmu adapun mereka peroleh," harap Ludi.